Antara Impian, Ketakutan, dan Keikhlasan Part 1

 Semua orang pernah dan punya impian dan impiannya pun berbeda-beda. Dulu ketika Anda masih kecil tentunya Anda punya impian kan? Tentunya Anda punya cita-cita kan? Saya yakin, dulu Anda berani bermimpi dengan lepas dan bahagia. "Budi , cita-cita kamu apa?" Sang Guru bertanya kepada Budi (kalau SD dulu selalu identik dengan nama ini, hhehe). "Aku ingin menjadi Tukang Ojek yang Sukses Bu" Ujar Budi. Rupanya maksudnya, dia pengen jadi Bosnya tukang ojek, benar-benar cita-cita yang luhur, hehehe.

Ketika sudah dewasa, kita terus belajar. Input-input dari luar pun masuk sehingga mempertebal kekritisan berpikir kita. Salahkah kritis? Tentu tidak. Kita memerlukannya untuk menentukan pilihan-pilihan dalam hidup, menentukan sikap mana yang harus kita lakukan untuk menncapai semua target kita. Kritis itu baik selama tidak berlebihan. Namun, faktnya kebanyakan orang terlalu kritis terhadap dirinya sendiri, menciptakan self image yang buruk, pesimis, dsb. Pada akhirnya, impian masa kecilnya menjadi padam, mereka hanya berani berkata, "buat apa mimpi, bisa makan saja sudah syukur".

Tentunya kita sepakat bahwa semua orang sukses itu selalu mengawali langkah mereka dengan impian. Menggapai impian itu soal proses dan keselarasan. Hanya bermimpi saja itu sama dengan mengkhayal alias wishfull thinking, sepakaat? Oleh karenanya, penting bagi kita untuk terus berproses, merumuskan langkah-langkah lalu take action. Ingat, semesta suka dengan kecepatan. Semakin cepat Anda putuskan untuk take action, semakin cepat Anda sukses. Keselarasan adalah ketika Anda selalu berada di jalur yang benar, jalur impian, kereta impian dengan destinasi kesuksesan. Anda yakin dan optimis ( ingat ya bukan sekedar semangat, tapi optimis) kalau impian Anda memang benar-benar terwujud, Anda orang beriman bukan? Kalau ya, optimislah, berarti Tuhan masih bersama Anda. Selalu merasa senang, bahagia, dan bersyukur adalah kunci keselarasan. Jaga impian Anda agar selalu dihayati dalam setiap hari-hari Anda.


"Your beliefs become your thoughts. Your thoughts become your words. Your words become your actions. Your actions become your habits. Your habits become your values. Your values become your destiny".  Mahatma Gandhi 

Apa hubungannya dengan ketakutan dan keikhlasan??

Bersambung.......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gak Semua Orang Harus Jadi Target Marketmu, Bro!

Bangun! Kamu itu Kebanyakan Alasan Part 1

Ringkasan Bab 1: Permission Marketing Seth Godin dan Matinya Iklan yang Mengganggu